Morfologi
- definisi
radang kandung empedu
- etiologi
batu kandung empedu yang terletak di ductus cysticus
Ø
Kolesistitis akut tanpa batu merupakan penyakit yang serius dan cenderung
timbul setelah terjadinya:
a.
cedera
b.
pembedahan
c.
luka bakar
d.
sepsis (infeksi yang
menyebar ke seluruh tubuh)
e.
penyakit-penyakit yang parah (terutama penderita yang menerima makanan
lewat infus dalam jangka waktu yang lama).
Sebelum secara tiba-tiba merasakan nyeri yang luar biasa
di perut bagian atas, penderita biasanya tidak menunjukan tanda-tanda penyakit
kandung empedu.
Ø
Kolesistitis kronis terjadi akibat serangan berulang dari kolesistitis
akut, yang menyebabkan terjadinya penebalan dinding kandung empedu dan
penciutan kandung empedu. Pada akhirnya kandung empedu tidak mampu menampung
empedu.
- faktor
yang mempengaruhi
pada kolesistitis akut :
a.
statis cairan empedu
b.
infeksi kuman
c.
iskemia dinding kandung empedu
d.
Dan juga kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolestin dan prostaglandin
yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi
inflamasi dan supurasi
- klasifikasi
-
kolesistitis akut : reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu yang
disertai dengan keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan, dan panas badan
-
kolesistitis kronik : mempunyai gejala yang minim dan tidak menonjol
v
Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya
merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus, yang
secara tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa.
v
Kolesistitis Kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung empedu,
yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam dan hebat.
- patogenesis
pada kolesistitis akut dapat timbul pada pasien yang
dirawat cukup lama dan mendapat nutrisi secara parenteral, pada sumbatan karena
keganasan kandung empedu, batu disaluran empedu atau merupakan salah satu
komplikasi penyakit lain seperti demam tifoid dan diabetes melitus.
- manifestasi
klinis
a.
kolesistitis akut :
Tanda awal dari peradangan kandung empedu biasanya berupa
nyeri di perut kanan bagian atas. Nyeri bertambah hebat bila penderita menarik
nafas dalam dan sering menjalar ke bahu kanan.Biasanya terdapat mual dan
muntah. Jika dokter menekan perut kanan sebelah atas, penderita akan merasakan
nyeri tajam. Dalam beberapa jam, otot-otot perut sebelah kanan menjadi
kaku.Pada mulanya, timbul demam ringan, yang semakin lama cenderung meninggi.
Biasanya serangan nyeri berkurang dalam 2-3 hari dan kemudian menghilang dalam
1 minggu.
b.
kolesistitis kronik
Timbulnya gejala bisa dipicu oleh makan makanan berlemak.
Gejala bisa berupa:
v
Dispepsia
v
Rasa penuh di epigastrium
v
Nausea.
- diagnosis
a.
kolesistitis akut :
v
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil dari pemeriksaan
tertentu.
v
Pemeriksaan USG bisa membantu memperkuat adanya batu empedu dalam kandung
empedu dan bisa menunjukkan penebalan pada dinding kandung empedu.
v
Diagnosis yang paling akurat diperoleh dari pemeriksaan skintigrafi
hepatobilier, yang memberikan gambaran dari hati, saluran empedu, kandung
empedu dan bagian atas usus halus.
b.
kolesistitis kronik :
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil dari pemeriksaan berikut:
v
Endoscopic retrograde choledochopancreaticography (ERCP) bermanfaat
memperlihatkan adanya batu di kandung empedu.
v
Kolesistogram oral
v
USG perut.
- 8. Diagnosis banding
a.
Intoleransi lemak
b.
Ulkus peptik
c.
Kolon spastik karsinoma kolon kanan
d.
Penkreatitis kronik
e.
Kelainan duktis koledokus
- penatalaksanaan
- kolesistitis
akut :
v
Penderita dengan kolesistitis akut pada umumnya dirawat di rumah sakit,
diberikan cairan dan elektrolit intravena dan tidak diperbolehkan makan maupun
minum.
v
Mungkin akan dipasang pipa nasogastrik untuk menjaga agar lambung
tetap kosong sehingga mengurangi rangsangan terhadap kandung empedu.
Antibiotik (golongan ampisislin: sefalosporin dan metronidazol) diberikan sesegera mungkin jika dicurigai kolesistitis akut.
Antibiotik (golongan ampisislin: sefalosporin dan metronidazol) diberikan sesegera mungkin jika dicurigai kolesistitis akut.
v
Jika diagnosis sudah pasti dan resikonya kecil, biasanya dilakukan
pembedahan untuk mengangkat kandung empedu pada hari pertama atau kedua.
Jika penderita memiliki penyakit lainnya yang meningkatkan resiko pembedahan, operasi ditunda dan dilakukan pengobatan terhadap penyakitnya. Jika serangannya mereda, kandung empedu bisa diangkat 6 minggu kemudian atau lebih.
Jika penderita memiliki penyakit lainnya yang meningkatkan resiko pembedahan, operasi ditunda dan dilakukan pengobatan terhadap penyakitnya. Jika serangannya mereda, kandung empedu bisa diangkat 6 minggu kemudian atau lebih.
v
Jika terdapat komplikasi (misalnya abses, gangren atau perforasi
kandung empedu), diperlukan pembedahan segera.
v
Sebagian kecil penderita akan merasakan episode nyeri yang baru atau
berulang, yang menyerupai serangan kandung empedu, meskipun sudah tidak
memiliki kandung empedu.
v
Penyebab terjadinya episode ini tidak diketahui, tetapi mungkin merupakan
akibat dari fungsi sfingter Oddi yang abnormal. Sfingter Oddi adalah
lubang yang mengatur pengaliran empedu ke dalam usus halus.
v
Rasa nyeri ini mungkin terjadi akibat peningkatan tekanan di dalam saluran
yang disebabkan oleh penahanan aliran empedu atau sekresi pankreas.
Untuk melebarkan sfingter Oddi bisa digunakan endoskopi. Hal ini biasanya akan mengurangi gejala pada penderita yang memiliki kelainan sfingter, tetapi tidak akan membantu penderita yang hanya memiliki nyeri tanpa disertai kelainan pada sfingter.
Untuk melebarkan sfingter Oddi bisa digunakan endoskopi. Hal ini biasanya akan mengurangi gejala pada penderita yang memiliki kelainan sfingter, tetapi tidak akan membantu penderita yang hanya memiliki nyeri tanpa disertai kelainan pada sfingter.
- kolesistitis
kronik :
v
Pengobatan yang biasa dilakukan adalah pembedahan.
Kolesistektomi bisa dilakukan melalui pembedahan perut maupun melalui laparoskopi.
Kolesistektomi bisa dilakukan melalui pembedahan perut maupun melalui laparoskopi.
v
Penderita yang memiliki resiko pembedahan tinggi karena keadaan medis
lainnya, dianjurkan untuk menjalani diet rendah lemak dan menurunkan berat
badan.
v
Bisa diberikan antasid dan obat-obat antikolinergik.
- komplikasi
a.
Demam tinggi, menggigil, peningkatan jumlah leukosit dan berhentinya
gerakan usus (ileus) dapat menunjukkan terjadinya abses, gangren
atau perforasi kandung empedu.
b.
Serangan yang disertai jaundice (sakit kuning) atau arus balik dari
empedu ke dalam hati menunjukkan bahwa saluran empedu telah tersumbat sebagian
oleh batu empedu atau oleh peradangan.
c.
Jika pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan kadar enzim amilase,
mungkin telah terjadi peradangan pankreas (pankreatitis) yang disebabkan
oleh penyumbatan batu empedu pada saluran pankreas (duktus pankreatikus).
Penyembuhan
spontan didapatkan pada 85% kasus, sekalipun kandung empedu menjadi tebal,
fibrotic, penuh dengan batu dan tidak berfungsi lagi. Tidak jarang menjadi
kolesititis rekuren. Kadang-kadang kolesistitis akut berkembang secara cepat
menjadi gangren, empiema, dan perforasi kandung empedu, fistel, abses hati,
atau peritonitis umum. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian antibiotic yang
adekuat pada awal serangan. Tindakan bedah akut pada pasien usia tua >75
tahun mempunyai prognosis yang jelek disamping kemungkinan banyak timbul
komplikasi pasca bedah.
Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Ed. 3. FKUI
0 komentar:
Posting Komentar