- definisi
Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu
Komposisi cairan empedu
No
|
Komponen
|
Hati gr%
|
KE gr%
|
1
|
Air
|
97.5
|
92
|
2
|
Garam empedu
|
1,1
|
6
|
3
|
Bilirubin
|
0.04
|
0,3
|
4
|
Kolesterol
|
0,1
|
0,3-0,9
|
5
|
Asam lemak
|
0,12
|
0,3-1,2
|
6
|
Lesitin
|
0,10
|
0,3
|
7
|
Elektrolit
|
-
|
-
|
- etiologi
Gangguan keseimbangan komposisi cairan empedu
Kelaruran kolesterol dalam empedu karena garam empedu dan
lesitin yang membentuk agregat halus disebut Micelle
Adanya micelle ini memungkinkan kolesterol diangkut dalam
empedu melewati traktus biliaris ke intestinum
Kelarutan micelle mempunyai kapasitas tertentu yang
dilukiskan menurut segitiga Admiral
Daerah ABC mempunyai daya larut maksimal dari kolesterol
dalam campuran garam empedu dan lesitin.
Kolesterol menjadi supersaturated atau terlalu jenuh. Empedu yang terlalu jenuh
dengan kolesterol disebut Litogenik
- faktor
resiko
Batu empedu lebih banyak ditemukan pada wanita dan faktor
resikonya adalah :
a.
usia lanjut
b.
kegemukan (obesitas)
c.
diet tinggi lemak
d.
faktor keturunan.
- Klasifikasi
·
Batu kolesterol dengan komposisi kolesterol melebihi 70%
·
Batu pigmen coklat atau batu calcium bilirubinate yang mengandung
Ca-bilurubinate sebagai komposisi utama.
·
batu pigmen hitam yang kaya akan residu hitam tak terekstraksi
- patogenesis
menurut gamabaran makroskopis dan komposisi kimianya,
batu empedu dapat d klasifikasikan menjadi 3 kategori mayor:
·
Batu kolesterol dengan komposisi kolesterol melebihi 70%
·
Batu pigmen coklat atau batu calcium bilirubinate yang mengandung
Ca-bilurubinate sebagai komposisi utama.
·
batu pigmen hitam yang kaya akan residu hitam tak terekstraksi
ada tiga faktor penting yang memegang peranan dalam patogenesis batu
kolesterol:
1. Hipersaturasi kolesterol dalam kandung empedu
2. percepatan terjadinya kristalisasi kolesterol
3. gangguan motilitas kandung empedu san usus
Adanya pigmen dalam inti batu kolesterol berhubungan dengan lumpur kandung
mepedu pada stadium awal pembetukan batu.
Pataogenesis batu pigmen melibatkan infeksi saluran empedu, statis empedu,
malnutrisi, dan faktro diet. Kelebihan aktifitas B-glucorinidase bakteri dan
manusia (Endogen) memegang peran kunxi dalam patogenesis batu pigmen pada
pasien di negara timur. Hidrolisis bilirubin oleh enzim tersebut membetuk
bilirubin tak terkonjugat yang akan mengendap sebagai kalsium biliribinate.
Enzim B-glukorinidase bakteri berasal dari kuman E.coli dan kuman lainnya di
saluran empedu. Enzim ini di hambat oleh glucarolactone yang kosentrasinya
meningkat pada pasien dengan diet rendah protein dan rendah lemak.
- manifestasi
klinis
a.
Sebagian besar batu empedu dalam jangka waktu yang lama tidak menimbulkan
gejala, terutama bila batu menetap di kandung empedu. Kadang-kadang batu yang
besar secara bertahap akan mengikis dinding kandung empedu dan masuk ke usus
halus atau usus besar, dan menyebabkan penyumbatan usus (ileus batu empedu).
b.
Yang lebih sering terjadi adalah batu empedu keluar dari kandung empedu dan
masuk ke dalam saluran empedu. Dari saluran empedu, batu empedu bisa masuk ke
usus halus atau tetap berada di dalam saluran empedu tanpa menimbulkan gangguan
aliran empedu maupun gejala.
c.
Jika batu empedu secara tiba-tiba menyumbat saluran empedu, maka penderita
akan merasakan nyeri. Nyeri cenderung hilang-timbul dan dikenal sebagai nyeri kolik.
Nyeri timbul secara perlahan dan mencapai puncaknya, kemudian berkurang secara
bertahap. Nyeri bersifat tajam dan hilang-timbul, bisa berlangsung sampai
beberapa jam.
Lokasi nyeri berlainan, tetapi paling banyak dirasakan di perut atas sebelah
kanan dan bisa menjalar ke bahu kanan.
d.
Penderita seringkali merasakan mual dan muntah.
e.
Jika terjadi infeksi bersamaan dengan penyumbatan saluran, maka akan timbul
demam, menggigil dan sakit kuning (jaundice).
f.
Biasanya penyumbatan bersifat sementara dan jarang terjadi infeksi.
Nyeri akibat penyumbatan saluran tidak dapat dibedakan dengan nyeri akibat
penyumbatan kandung empedu.
g.
Kadang nyeri yang hilang-timbul kambuh kembali setelah kandung empedu diangkat,
nyeri ini mungkin disebabkan oleh adanya batu empedu di dalam saluran empedu
utama.
- diagnosis
a.
Pemeriksaan terbaik untuk menemukan batu empedu adalah dengan pemeriksaan
USG dan kolesistografi.
b.
Pada kolesistografi, foto rontgen akan menunjukkan jalur dari zat
kontras radioopak yang telah ditelan, diserap di usus, dibuang ke dalam
empedu dan disimpan di dalam kandung empedu.
c.
Jika kandung empedu tidak berfungsi, zat kontras tidak akan tampak di dalam
kandung empedu. Jika kandung empedu berfungsi, maka batas luar dari kandung
empedu akan tampak pada foto rontgen.
d.
Diagnosis batu di dalam saluran empedu ditegakkan berdasarkan adanya nyeri
perut, jaundice, menggigil dan demam.
e.
Hasil pemeriksaan darah biasanya menunjukkan pola fungsi hati yang
abnormal, yang menunjukkan adanya penyumbatan saluran empedu.
f.
Beberapa pemeriksaan lainnya yang bisa memberikan informasi tambahan untuk
membuat diagnosis yang pasti adalah:
v
USG (25%)
v
CT scan (75%)
v
Endoskopik Ultrasonography (EUS)
Metode peeriksaan dengan memakai instrumen dengan
echoprobe di ujung skop yang dapat berputar terus. Di banding dengan ultrasound
transabdominal, EUS, akan memberikan gambaran pencitraan yang jauh lebih jelas
sebab Echoprobe-nya di taruh di dekat organ. Sensitivitas (97%).
·
Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP)
Teknik pencitraan dengan gema magnet tanpa kontras, instrumen dan radiasi
ion. Pada MRCP saluran empedu akan terlihat sebagai struktur yang terang karena
mempunyai intesistas sinyal tinggi sedangkan batu saluran empedu akan terlihat
sebagai intesitas sinyal rendah yang di kelilingi empudu dnegan intesitas
sinyal tinggi, sehingga metode ini cocok untuk mendiagnosa batu empedu.
Sensitivitas (91% - 100%).
Sebaliknya MRCP juga mempunyai limitasi mayor yaitu bukan merupakan
modalitas tetapu terapi dan juga aplikasinya bergantung pada operator,
sedangakan ERCP dapat berfungsi sebagai sarana diagnostik dan terapi pada saat
yang bersamaan.
- DD
a.
Penyumbatan menetap pada duktus sistikus menyebabkan terjadinya
peradangan kandung empedu (kolesistitis akut).
b.
Batu empedu yang menyumbat duktus pankreatikus menyebabkan
terjadinya peradangan pankreas (pankreatitis), nyeri, jaundice dan
mungkin juga infeksi.
- Penatalaksanaan
Batu empudu
a.
Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan.
b.
Nyeri yang hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari
atau mengurangi makanan berlemak.
c.
Jika batu kandung empedu menyebabkan serangan nyeri berulang meskipun telah
dilakukan perubahan pola makan, maka dianjurkan untuk menjalani pengangkatan
kandung empedu (kolesistektomi). Pengangkatan kandung empedu tidak
menyebabkan kekurangan zat gizi dan setelah pembedahan tidak perlu dilakukan
pembatasan makanan. Sekitar 1-5 orang dari setiap 1.000 orang yang menjalani
kolesistektom meninggal.
d.
Kolesistektomi laparoskopik mulai diperkenalkan pada tahun 1990 dan sekarang ini sekitar 90%
kolesistektomi dilakukan secara laparoskopi.
e.
Kandung empedu diangkat melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil
di dinding perut.
Batu saluran Empedu
ERCP terapeutik dengan melakukan sfingterotomi endoskopik
untuk mengeluarkan batu saluran empedu tanpa operasi.
Batu Saluran Empedu sulit
Bila usaha pemecahan batu dengan berbagai cara gagal
sedangkan pasien mempunyai resiko operasi tinggi maka akan dilakukan pemasangan
stent biler perendoskopik di sepanjang batu yang terjepit dengan tujuan
drainase empedu.
Penanganan kolangitis dan pankreatitis batu.
Kolangitis akut dapat terjadi pada pasien dengan batu
salaran empedu karena adanya obstruktif dan invasi bakteri empedu. Gambaran
klinis kolangitis akut klasik adalah trias Charcot yang meliputi nyeri abdomen
kuadran kanan atas, ikterus dan deman yang di dapatkan 50%. Kolangitis akut
supuratif adalah trias charcot yang di sertai hipotensi, oliguria, dan gangguan
kesadaran.
Penatalaksanaan kolangitis akut di tunjukan untuk:
·
Memeperbaiki keadaan umum pasien
dengan pemberian cairan dan elektrolit serta koreksi gangguan eletrolit.
·
Terapai antibiotik parenteral
·
Drainase emepdu yang tersumbat. Dengan teknik ERCP
Jenis
pembedahan ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
o
mengurangi rasa tidak nyaman pasca pembedahan
o
memperpendek masa perawatan di rumah sakit.
Teknik lainnya untuk menghilangkan batu kandung empedu
adalah:
o
pelarutan dengan metil-butil-eter
o
pemecahan dengan gelombang suara (litotripsi)
o
pelarutan dengan terapi asam empedu menahun (asam kenodiol dan asam
ursodeoksikolik).
f.
Prognosis
Keberhasilan ekstarasi batu empedu dengan teknik
no-operatif (ERCP) didapakan pada 123 ( 85%) dari 142 kasus dengan komplikasi
10%.
g.
komplikasi
Komplikasi
yang mungkin segera terjadi adalah:
- Kolisistitis
akut (15% simtomatik)
- Perdarahan
- Peradangan
pankreas (pankreatitis)
- Perforasi
atau infeksi saluran empedu.
Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali dan batu
empedu muncul lagi
h.
metabolisme garam empedu
empedu mengandung beberapa komponen diantaranya yaitu
garam empedu, figmen empedu, elektroloit, kolesterol dan lemak. Namun yang akan
di bahas terkait dengan eksekresi getah empedu yaitu garam empedu dan pigmen
hati terutama bilirubin.
Sebelum makan, garam
- garam empedu menumpuk di dalam kandung empedu dan hanya sedikit empedu yang
mengalir dari hati. Makanan di dalam duodenum memicu serangkaian sinyal
hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung empedu berkontraksi. Sebagai
akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan bercampur dengan makanan.
garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan
vitamin yang larut dalam lemak untuk membantu proses penyerapan. garam empedu
merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan isinya.
garam empedu kembali
diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan kembali ke dalam
empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik.
Jumlah rata-rata sekresi empedu tergantung oleh berbagai
faktor. Rangsangan dari vagal dapat meningkatkan produksi empedu hingga
dua kali lipat lebih banyak. Hormon sekretin yang merangsang sintesis dari
cairan pankreas yang kaya akan Na-bikarbonat, juga merangsang sekresi empedu.
Ketika aliran darah yang melalui hati meningkat, maka sekresi dari empedu juga
akan meningkat. Keberadaan jumlah garam empedu yang tinggi di darah juga akan
meningkatkan sekresi empedu.
Bila makanan masuk ke
mulut, resistensi katup Oddi menurun. Asam lemak dalam duodenum mengeluarkan
hormon kolesistokinin (CCK), yang menyebabkan kandung empedu berkontraksi. Asam
hasil pencernaan protein dan Ca2+ juga merangsang sekresi CCK.
Zat-zat yang menyebabkan kontraksi kandung empedu dinamakan kolagogue.
Pembentukan empedu ditambah dengan rangsangan nervus vagus oleh hormon sekretin
meningkatkan kadar air dan HCO3- empedu. Zat-zat yang
meningkatkan sekresi dinamakan koleretik. garam empedu sendiri merupakan
koleretik fisiologis yang penting. Sebenarnya garam - garam empedu yang
direabsorpsi dari usus menghambat sintesis asam-asam empedu yang baru, tetapi
garam-garam empedu sendiri disekresi dengan cepat dan jelas meningkatkan aliran
empedu.
empedu mengalir dari
hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, lalu keduanya bergabung
membentuk duktus hepatikus utama. Duktus hepatikus utama bergabung
dengan saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus)
membentuk saluran empedu utama. Saluran empedu utama masuk ke
usus bagian atas pada katup oddi, yang terletak beberapa sentimeter
dibawah lambung. Sekitar separuh empedu dikeluarkan diantara jam-jam makan dan
dialirkan melalui duktus sistikus ke dalam kandung empedu. sisanya langsung
mengalir ke dalam saluran empedu utama, menuju ke usus halus. Jika kita makan,
kandung empedu akan berkontraksi dan mengosongkan empedu ke dalam usus untuk
membantu pencernaan lemak dan vitamin-vitamin tertentu.
Laju aliran dari empedu
terjadi paling lambat pada saat puasa, dan sebagian besar empedu dialihkan ke
kantung empedu (gallbladder) untuk dikonsentratkan. Ketika chyme dari makanan
yang telah dicerna memasuki usus halus, asam lemak dan protein menstimulir
sekresi dari sekretin dan kolesistokinin. Hormon-hormon ini mempunyai pengaruh
yang amat penting pada sekresi eksokrin dari pankreas. Hormon-hormon tersebut
juga penting untuk sekresi dan aliran empedu.
·
Kolesistokinin : Nama dari hormon ini menggambarkan efeknya terhadap sistem
empedu. Kolesisto = gallbladder (kandung empedu) dan kinin = pergerakan.
Rangsangan yang paling berpotensi untuk dapat dilepaskannya hormon ini adalah
kehadiran lemak di duodenum. Sekali dilepaskan , kolesistokinin akan
menstimulir kontraksi dari kandung kemih dan saluran empedu yang akan
mengakibatkan empedu dapat disampaikan ke dalam usus.
·
Sekretin : Hormon ini disekresikan untuk bertanggung jawab terhadap
asam di duodenum. Pengaruhnya pada sistem empedu sangat mirip dengan apa yang
terjadi di pankreas. Sekretin menstimulir sel-sel saluran empedu untuk
mensekresikan bikarbonat dan air, yang akan memperbesar volume dari empedu dan
meningkatkan daya alirnya menuju usus halus
reabsorpsi cairan empedu
Proses penyerapan
garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan
dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi
enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi
sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu
masuk ke dalam usus
besar (kolon). Di dalam kolon, bakteri memecah garam
empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap
kembali dan sisanya dibuang bersama tinja.
Sekitar separuh
empedu ini dikeluarkan diantara jam-jam makan dan dialirkan melalui duktus
sistikus ke dalam kandung empedu. Sisanya langsung mengalir ke dalam saluran
empedu utama, menuju ke usus halus. Jika kita makan, kandung empedu akan
berkontraksi dan mengosongkan empedu ke dalam usus untuk membantu pencernaan
lemak dan vitamin-vitamin tertentu.
Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Ed. 3. FKUI